Berita / Kaba Kampuang |
16 Ekor Ayam Mati Mendadak
Oleh admin | ||
| ||
Bukittinggi, Padek Warga dusun Pondok Jorong Sutijo Kenagarian Koto Gadang IV Koto Agam, Senin (4/12) pagi lalu digemparkan saat ditemukannya 16 ekor ternak ayam milik 2 warga setempat tiba-tiba mati mendadak. Penemuan tersebut kontan membuat warga buncah, karena kedua pemilik mengaku tidak tahu penyebab kematian ayam mereka, sehingga memaksa pihak petugas peternakan Kecamatan IV Koto turun tangan ke lokasi kejadian.
Berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan pada keenam belas unggas jenis ayam kampung yang mati mendadak itu, petugas tidak menemukan tanda-tanda atau gejala wabah flu burung. Namun untuk pemeriksaan lebih lanjut, sampel bangkai ayam yang mati serta beberapa isi perut unggas tersebut dibawa petugas, untuk diperiksa pada BPPV di Biaro. Sementara waktu, petugas Pemilik Peternakan Agam di Kecamatan IV Koto meminta masyarakat tetap waspada terhadap wabah penyakit berbahaya.
Menurut Wali Jorong Sutijo, Eddya Jonata yang ditemui koran ini, Senin (4/12) sore lalu di lokasi kejadian, berdasarkan pemeriksaan fisik sementara pada unggas yang mati oleh bidan desa, serta petugas pemilik peternakan itu, belum ada vonis, bahwa ternak warga yang mati mendadak dikarenakan wabah flu burung. Namun hampir diseluruh lokasi di dusun Pondok jorong Sutijo telah dipasang berbagai selebaran tentang upaya antisipasi jika wabah flu burung ditemukan.
“Kami telah meminta warga agar tidak panik karena kasus ayam mati mendadak tersebut. Apalagi saat ini hasil penelitian labor yang menegaskan kondisi dan penyebab kematian ayam ini belum ada. Namun kita tetap melakukan antisipasi kewaspadaan jika ada kemungkinan wabah flu burung berjangkit di sini,” ungkap Eddya Jonata.
Keenam belas ayam yang ditemukan mati mendadak pada Senin pagi tersebut, sebelas di antaranya merupakan milik Asriati (42) dan lima ekor lagi milik Yulinar (45). Ternak ayam tersebut adalah jenis ayam kampung, dan dipelihara sederhana hanya untuk kepentingan pribadi, bukan untuk konsumsi dijual secara komersial. Apalagi, terang Eddya Jonata, hewan tersebut juga merupakan unggas hasil keturunan di dusun, dan bukan hewan impor yang dibeli dari daerah lain di luar jorong mereka.
Seluruh unggas yang mati, saat ini telah dikubur dan dibakar pada lokasi yang aman, dan sebagian lagi selain dibakar juga dibuang ke jurang di kawasan Ngarai Sianok. Agar tidak menimbulkan dampak yang membahayakan bagi kesehatan warga. Penanganan unggas tadi tetap dilakukan sesuai prosedur penanggulangan hewan flu burung. Bahkan warga tidak diizinkan memegang atau mendekati ayam yang mati.
Sementara itu menurut Asriati, pemilik ayam, pihaknya diminta oleh petugas penilik peternakan Kabupaten Agam untuk segera membersihkan kandang mereka. Bahkan untuk sementara ini mereka juga diminta agar menghentikan sementara peternakan ayam tradisionalnya, menunggu keluarnya hasil penilitian labor tentang kondisi dan penyebab kematian ayam sebelumnya. Di samping itu, sisa ayam yang masih hidup juga diisolasi dari ayam-ayam lainnya di dusun tersebut, guna melihat perkembangan penyakit.
“Kami hanya menduga hewan ini mati mendadak karena menyakit ‘akuak’ yang biasa terjadi pada ternak unggas. Namun mengingat saat ini sedang heboh kasus wabah flu burung, maka kita tetap patuh pada pemerintah dan mohon bantuan untuk menanggulanginya,” ungkap Asriati.(ari)
Sumber: Padang Ekspres | ||
Berita Kaba Kampuang Lainnya | ||
|