Waktu pertemuan 1 April di Ruang Pertemuan gedung PERHATI Jl.Proklamasi Jakarta, be Dt. Tan Muhammad mengatakan kepada saya dan Uni Eni Asri, yang kira-kira begini bunyinya:” Ed, perbaikan pipa air kita yang patah-patah akibat gempa ini dibiayai dengan dana Yayasan saja, ya”. yang mana kami setujui karena memang sudah menjadi tanggung jawab Yayasan untuk memelihara air bersih Kotogadang.
Langsung saja Tim air bersih Pasca gempa diberangkatkan untuk mengatasi dampak gempa. Kemudian diperoleh kabar bahwa perbaikan pipa yang sedang dilakukan ternyata cukup rumit karena keadaan jaringan pipa-pipa yang sudah berumur lanjut: (”nyo ditumbok di siko malatuih di situ, ditumbok di situ malatuih pulo di sinan”). Namun, berita lebih lanjut adalah air sudah mengalir kembali walau masih bergilir seperti sebelum gempa.
Pada waktu itulah ada yang menanyakan apa yang sangat diperlukan oleh Nagari Kotogadang karena ada yang ingin menyumbang. Spontan saya jawab dengan: ’bantuan untuk mengganti pipa-pipa guna rehabilitasi sistem jaringan air bersihlah yang sangat dibutuhkan saat ini”. Kenapa? Yaitu karena diperlukan penanganan menyeluruh dari sistem jaringan pipa dan rencana untuk ini memang telah pernah disusun oleh Tim Teknis air bersih, yang terdiri dari pakar-pakar Kotogadang, beberapa tahun silam. Rencana selesai tahun 2004 dengan perkiraan biaya rehabilitasi yang lebih dari 500 juta rupiah.
Rencana Air Bersih KG 2004 tersebut sudah pernah disampaikan oleh Yayasan kepada orang yang dapat meneruskan kepada penyandang dana potensial, namun belum ada hasilnya. Kemudian saya diberitahu bahwa e.Dr.Syahrir (e.Ci-il), anggota Dewan Pertimbangan Presiden, meminta rencana yang ada untuk diperlihatkan kepada Wapres yang katanya tertarik dengan sejarah Waterleiding Kotogadang dan menyatakan akan menyumbang. Ketertarikan Wapres terhadap sejarah Waterleiding Kotogadang ini mendorong saya untuk bergegas menyampaikan rencana tadi untuk diteruskan ke e. Jusuf Kalla, dengan catatan bahwa Perkiraan Biayanya berdasarkan tingkat harga tahun 2004, yaitu sebelum harga bensin “dinaik-naikkan” pemerintah.
Demikianlah, singkat cerita, saya diberitahu bahwa saya diminta oleh e.Ci-il untuk ke Kotogadang tanggal 12 Mei 2007, guna menghadiri penyampaian sumbangan karena bertepatan dengan waktu tersebut, e.Ci-il akan menyampaikan bantuan bahan makanan (beras, minyak goreng, dan gula) kepada masyarakat korban gempa Sumbar. Bantuan untuk masyarakat korban gempa Kabupaten Agam akan secara simbolik disampaikan di Kotogadang, sekaligus katanya akan disampaikan sumbangan Wapres kepada Yayasan Kotogadang untuk rehabilitasi jaringan air bersih Kotogadang sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
Di Kotogadang, acara penyerahan untuk masyarakat korban gempa Agam ini dilakukan di atas Balai Adat Kotogadang dan dihadiri oleh e.Aristo M.-Bupati Agam, e.Budi Z.-Walinagari Kotogadang, b.e. AMI Dt. Palindih–Ketua Kerapatan NMKG, Ketua Dewan Pengawas YKG Jakarta serta masyarakat Kotogadang. Dalam sambutannya, e.Ci-il menjelaskan, sambil meminta pengertian dari Pak Bupati, bahwa dia sengaja memilih Kotogadang dalam menyerahkan bantuan karena dia adalah Anak Pisang orang Kotogadang dan Nagari ini menderita cukup berat akibat musibah gempa yang lalu.
Pada kesempatan ini, tambahnya, akan diserahkan pula sumbangan kepada Yayasan Kotogadang dari Bapak Jusuf Kalla Wakil Presiden RI, ditambah sumbangan pribadi sebulan gaji e.Syahrir sendiri sebesar Rp. 17.500.000,- (tujuh belas juta limaratus ribu rupiah), yang adalah gaji pertama sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Keterangan dari e.Ci-il adalah bahwa dia teringat akan gerakan sebulan gaji Stichting Waterleiding Kotogadang, dan waktu masih kecil sering menemani Pakdang beliau b.e.Dt.Basa (almarhum) keliling Jakarta untuk menagih sumbangan sebulan gaji para donatur Jakarta waktu itu. Sumbangan bahan makanan secara simbolik diserahkan kepada e. Budi Zulfikar Walinagari Kotogadang, dan sumbangan untuk rehabilitasi air bersih Kotogadang kepada saya sebagai Ketua I YKG sehubungan dengan tidak dapat hadirnya e. Khalilul Rahman, Ketua Umum YKG, di Kotogadang.
Kita patut berbesar hati dan bersyukur ke hadirat Allah swt. serta berterima kasih kepada donatur yang telah rela mengurangi beban Nagari dan masyarakat Kotogadang di waktu mendapat cobaan dari Yang Maha Kuasa. Begitu pula kepada e.Syahrir yang telah berupaya meyakinkan Wakil Presiden untuk turut membantu. Mudah-mudahan Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda.
Ada yang perlu dicermati di sini, yaitu bahwa seorang Anak Ujuang Ameh telah mengingatkan kita bahwa sumbangan sebulan gaji perlu digerakkan lagi dan dengan bersama-sama kita akan bisa mengatasi kebutuhan dana yang masih besar. Mungkin karena cara ini bahkan dapat memberi kesempatan kepada yang baru mulai bekerja karena berapapun gajinya, bila boleh dengan mencicil, tentu akan bisa turut berpartisipasi dalam rehabilitasi instalasi air bersih yang telah bersusah payah dibangun oleh Inyiak Muyang kita dulu.
Kami akan sampaikan wacana gerakan sumbangan sebulan gaji ini kepada Ninik Mamak Panghulu Nan Gadang Basa Batuah untuk mendapatkan dukungan. Namun, tentu akhirnya terpulang kepada kita semua apakah kita mau mencontoh teladan Angku/Inyiak kita di Stichting Waterleiding waktu dulu dan barusan saja telah dimulai oleh seorang Anak Ujuang Ameh yang peduli. (E.Juni st. Dinagari)
|